Sabtu, 03 Agustus 2013

Senja Kaki Gunung Batas Laut

Banjarmasin, Senja Kaki Gunung Batas Laut merupakan gambaran kegelisahan seniman lokal Kalimantan Selatan terhadap perubahan jaman yang banyak "menyingkirkan" kesenian dan budaya lokal dengan budaya modern.

Cerita yang menggambarkan, seorang seniman yang berkeliling kampung menghibur masyarakat dengan seni Japin Anak Delapan yang telah hidup sejak ratusan tahun, di tanah Kotabaru.

Dasar sinopsis tersebut diangkat dalam judul Senja Kaki Gunung Batas Laut oleh Yayasan Pusaka Saijaan Kabupaten Kotabaru pada Batanam Karya Baharum Banua di Balairungsari Taman Budaya Kalimantan Selatan Banjarmasin, Jumat (5/7).

"Batanam Karya Baharum Banua merupakan program unggulan Taman Budaya Kalsel, dimana kali ini telah memasuki tahun kelima, dan Taman Budaya Kalsel selalu ingin memberikan yang terbaik dengan menampilkan sisi kreatif dan apresiatif sehingga menarik untuk di saksikan, " tutur Sirajuddin, kepala UPTD Taman Budaya Kalsel.

"Dipilihnya Yayasan Pusaka Saijaan Kotabaru kali ini karena mereka dianggap layak menampilkan seni tradisi yang berkembanhg di Kotabaru," tambah Sirajuddin.

Dalam kesempatan tersebut, pemerintah provinsi Kalimantan Selatan juga memberikan penghargaan dan tali asih kepada sepuluh seniman pelestari budaya dari berbagai kabupaten dan kota.

Senja Kaki Gunung Batas Laut menampilkan perpaduan teater tradisi, lagu dan tari daerah ditambah tampilan multimedia menjadi sebuah satu kesatuan cerita.

"Selain teater tradisi, tari dan lagu daerah, kami juga memasukan unsur kesenian suku bajau, iko-iko, musik sottong dan japin anak delapan dalam pagelaran ini," kata Firhansyah, sutradara yang juga ketua yayasan Pusaka Saijaan Kotabaru.

Sementara senja yang dimaksud dalam judul bersifat ambigu artinya memiliki banyak arti seperti seniman saijaan, sentuhan jaman, seni saijaan atau malah berarti tua.

Namun apabila kesenian dikemas sesuai dengan jaman yang dilaluinya maka akan terus berkembang dengan beradaptasi terhadap jamannya.