Sabtu, 09 Maret 2024

Upacara Adat Suku Dayak Kalimantan Tengah



 Upacara adat Kalimantan, merupakan salah satu tradisi yang penuh dengan ritual dan upacara yang menarik. Kebudayaan yang menjadi bagian kekayaan bangsa Indonesia ini sudah ada sejak zaman dahulu, namun masih eksis hingga saat ini.

Seperti yang kita ketahui, suku Dayak merupakan kelompok proto melayu yang hidup di Pulau Kalimantan.

Terkenal dengan keberagaman suku Dayak dan kekayaan budayanya, Kalimantan Tengah menjadi tempat yang memiliki banyak akan upacara adat. Upacara adat Kalimantan Tengah memiliki berbagai macam tujuan. Upacara adat Kalimantan, merupakan salah satu tradisi yang penuh dengan ritual dan upacara yang menarik. Seperti yang kita ketahui, suku Dayak merupakan kelompok proto melayu yang hidup di Pulau Kalimantan.

Suku Dayak adalah nama yang diberi oleh penjajah kepada penghuni pedalaman Pulau Borneo yang mendiami Pulau Kalimantan. Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan, yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. Ada yang dilakukan untuk merayakan suka cita, seperti kelahiran, pernikahan, dan panen. Ada juga yang dilakukan untuk memperingati duka cita, seperti kematian. Selain itu, ada juga upacara adat yang dilakukan untuk meminta keselamatan, menyambut tahun baru, dan lain sebagainya.

Masing-masing upacara adat Kalimantan Tengah memiliki makna dan ritualnya masing-masing. Berikut adalah beberapa contoh upacara adat Kalimantan Tengah yang yang masih banyak dilaksanakan hingga hari ini.


1. Upacara Nyaki Tihi

Upacara Nyaki Tihi adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju untuk memperingati kehamilan pertama seorang perempuan. Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran kehamilan serta kelahiran bayi yang sehat.

Upacara Nyaki Tihi biasanya dilakukan pada usia kehamilan tujuh bulan. Dalam upacara ini, keluarga dan kerabat berkumpul untuk berdoa dan memberikan persembahan kepada para leluhur. Persembahan yang diberikan biasanya berupa hewan kurban, seperti ayam atau babi, serta makanan dan minuman.


2. Ritual Nahunan

Ritual Nahunan adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju untuk memberikan nama kepada bayi yang baru lahir. Upacara ini bertujuan untuk memperkenalkan bayi kepada keluarga dan masyarakat, serta memohon keselamatan dan kebahagiaan bagi bayi tersebut.

Ritual Nahunan biasanya dilakukan pada usia bayi sekitar 1-2 tahun. Dalam upacara ini, bayi akan dimandikan dengan air suci yang telah dibacakan doa-doa. Setelah itu, bayi akan diberikan nama oleh orang tua atau kakek-neneknya.


3. Mamapas Lewu

Mamapas Lewu adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan desa atau kampung. Upacara ini biasanya dilakukan pada awal tahun baru masyarakat Dayak Ngaju.

Dalam upacara Mamapas Lewu, masyarakat akan berkumpul untuk berdoa dan memberikan persembahan kepada para leluhur. Persembahan yang diberikan biasanya berupa hewan kurban, seperti ayam atau babi, serta makanan dan minuman.


4. Ritual Tetek Pantan

Ritual Tetek Pantan adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kapuas, Dayak Ngaju untuk memohon keselamatan dan kelancaran dalam perjalanan. Upacara ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang akan melakukan perjalanan jauh, seperti berburu, berdagang, atau merantau.

Ritual ini juga kerap dilakukan jika ada tamu yang datang ke daerah Dayak pedalaman. Tamu akan disambut dengan meriah oleh seluruh penduduk desa. Dalam praktiknya, seluruh tamu yang datang diminta untuk memotong bambu hijau yang dipasang secara melintang di pintu masuk atau gapura dengan menggunakan senjata tradisional Mandau. Apabila kayu berhasil dipotong, maka tamu tersebut diperbolehkan untuk berkunjun, dan sebaliknya. Tak lupa juga, musik dan tarian tradisional dengan menggunakan pakaian tradisional juga mengiringi proses ritual ini.

Dalam upacara Tetek Pantan, orang yang akan melakukan perjalanan atau baru saja tiba akan diberi air suci yang telah dibacakan doa-doa. Air suci ini dipercaya dapat melindungi orang tersebut dari bahaya selama perjalanannya, serta mencegah terjadinya hal-hal buruk.


5. Manetek Kayu

Tradisi Manetek Kayu menjadi ajang untuk memperlihatkan kekuatan pria Dayak terkait kemampuan, keterampilan, dan kekuatan mereka dalam menggunakan Pahera atau senjata tradisional untuk bertahan hidup. Selain itu, ritual ini juga umumnya dilakukan pada saat tamu kehormatan datang mengunjungi daerah tersebut.


6. Pakanan Sahur Lewu Dayak

Pakanan Sahur Lewu Dayak adalah upacara adat yang dilakukan secara besar-besaran oleh masyarakat Dayak Ngaju untuk memberikan persembahan kepada para leluhur dan mengucapkan terima kasih karena telah dilindungi oleh sang leluhur. Upacara ini biasanya dipimpin oleh tokoh Agama Kaharingan.

“Pakanan” berarti memberikan persembahan berupa sesajen, sedangkan “Sahur” berarti leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia. Terakhir, “Lewu” berarti kampung atau desa yang menjadi tempat bermukimnya penduduk di suatu wilayah.

Dalam upacara Pakanan Sahur Lewu Dayak, masyarakat akan berkumpul untuk berdoa dan memberikan persembahan kepada para leluhur. Upacara adat ini juga menjadi tempat berkumpulnya para masyarakat untuk menjalin tali persaudaraan yang erat.


7. Upacara Adat Dayak Manyanggar

Manyanggar, berasal dari kata "Sangga," memiliki arti batasan atau rambu-rambu. Upacara Manyanggar Suku Dayak merupakan ritual yang diadakan untuk membentuk batas-batas antara kehidupan manusia dan makhluk gaib yang tak terlihat.

Masyarakat Dayak percaya bahwa selain manusia, terdapat pula makhluk halus dalam dunia ini. Oleh karena itu, mereka melaksanakan upacara Manyanggar sebagai bentuk pembatasan agar keduanya tidak saling mengganggu alam dan kehidupan masing-masing.

Ritual Manyanggar bukan hanya sekadar untuk mengetahui pembatasan, melainkan juga sebagai ungkapan penghormatan terhadap batasan kehidupan makhluk lain. Upacara ini biasanya digelar ketika manusia hendak membuka lahan baru untuk pertanian atau mendirikan bangunan sebagai tempat tinggal.

Dengan meresapi makna dalam upacara ini, masyarakat Dayak menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan roh halus, mencerminkan rasa hormat dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.


8. Upacara Ritual Dayak Pakanan Batu

Ritual Dayak Pakanan Batu merupakan tradisi yang diadakan setelah panen ladang atau sawah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap peralatan dan proses yang digunakan selama proses bercocok tanam, mulai dari membersihkan lahan hingga hasil panen.

Tujuan dari ritual ini adalah pada benda atau barang yang dituakan, yaitu batu, yang dianggap sebagai sumber energi untuk menajamkan alat-alat pertanian seperti parang, balayung, kapak, ani-ani, dan benda dari besi lainnya.

Batu dalam ritual Dayak Pakanan Batu bukan hanya sebagai penunjang kelancaran pekerjaan pertanian, tetapi juga dianggap memberikan perlindungan kepada pemakai peralatan.

Mereka mengucapkan rasa syukur dan terima kasih karena mereka yang terlibat dalam bercocok tanam dan berladang dapat melakukannya tanpa mengalami luka atau musibah. Upacara ini menjadi simbol kebersamaan, kesyukuran, dan hubungan yang erat antara masyarakat Dayak dengan alam serta peralatan yang mereka gunakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


9. Ngadatun

Ngadatu adalah upacara kematian khas Kalimantan Tengah yang didedikasikan untuk orang-orang yang meninggal atau terbunuh dalam peperangan, atau bagi pemimpin rakyat yang terkemuka.

Ritual ini berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan melibatkan partisipasi aktif dari warga setempat, saudara, dan tetangga. Upacara ini menjadi wujud penghormatan yang mendalam terhadap para leluhur yang meninggal secara tidak wajar, mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai kebersamaan masyarakat Kalimantan Tengah.


10. Tiwah

Tiwah adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju untuk mengantarkan seseorang yang meninggal dunia ke alam baka. Upacara ini merupakan upacara kematian yang paling besar dan sakral dalam tradisi Dayak Ngaju.

Upacara Tiwah biasanya dilakukan selama beberapa hari, dan melibatkan berbagai ritual, seperti membangun rumah liang, menaburkan abu jenazah, dan menari-nari.

Upacara adat Kalimantan Tengah merupakan warisan budaya yang kaya dan bermakna. Berbagai upacara-upacara ini merupakan wujud kepercayaan, tradisi, serta nilai-nilai masyarakat Kalimantan Tengah yang masih dijaga hingga hari ini.