Sabtu, 18 November 2023

Aksi Pandawara Group bersihkan Pantai Loji sempat ditolak kepala desa

Pemerintah Desa Sangrawayang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengizinkan sekelompok anak muda Pandawara Group menggelar aksi bersih-bersih di Pantai Loji yang penuh sampah. Aksi itu sebelumnya disebut ditolak kepala desa dan karang taruna setempat, tapi belakangan dibantah oleh Sekretaris Desa, Dede Mulyadi yang mengatakan ada miskomunikasi.

Kepala desa, kata dia, menolak kegiatan tersebut diviralkan di media sosial.

Dengan menumpuknya sampah di pesisir, menurut LSM Walhi Nasional, semestinya inisiatif seperti yang dilakukan Pandawara diterima karena pemda dipastikan tak sanggup mengerjakan sendirian. Temuan LSM Walhi Nasional, mayoritas pantai di Indonesia sudah tercemar sampah, mulai dari plastik sekali pakai, limbah B3, tekstil, kaca, dan karet.


Mengapa Kepala Desa Sangrawayang sempat keberatan?

Awalnya, Pandawara Group merilis video di Tiktok yang kemudian viral. Video tersebut menyoroti hamparan sampah di Pantai Loji, Kampung Cibutun, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

Pandawara Group memberikan gelar kepada pantai itu sebagai 'Pantai Terkotor No 4 di Indonesia'. Mereka pun mengajak masyarakat untuk bersih-bersih pantai tersebut, pada 6 dan 7 Oktober mendatang. Namun, Kepala Desa (Kades) Sangrawayang, Muhtar, mengatakan tidak mengizinkan aktivitas bersih-bersih sampah di wilayahnya.

Karena menurutnya, pihak pemerintah seolah tidak dilibatkan dalam inisiasi bersih-bersih tersebut."Kalau dari saya, kalau transparan terbuka dari pemerintah itu silakan. Kalau seperti yang kemarin yang dimusyawarahkan di desa itu, saya nggak mengizinkan," kata Muhtar.

"Tidak akan mengizinkan karena itu diviralkan. Karena harus melibatkan masyarakat, yang ambil sampahnya. Dicontohkan, tahun kemarin bulan kemarin di Loji itu se-kabupaten hampir dua ribu orang," ungkap Muhtar.

"Sedangkan kalau di Desa Sangrawayang ada tiba-tiba, tidak mengerti saya juga. Bahkan masuk di Tiktok malam, jadi seolah-olah desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, cemar nama baik Desa Sangrawayang," kata Muhtar menambahkan.

Akan tetapi, belakangan Sekretaris Desa Sangrawayang, Dede Mulyadi, mengatakan sejak awal pihaknya menyambut baik kedatangan Pandawara Group yang menyampaikan niat untuk membersihkan pantai di sana.

Kedatangan sekelompok anak muda itu berlangsung pada Jumat (29/09) yang dihadiri kepala desa dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi.

"Makanya kalau (katanya) ada bahasa penolakan, kenapa harus ada penolakan? Sedangkan kepala desa juga tidak ada kata-kata penolakan, malah menyambut baik," jelas Dede 

Dede menduga munculnya tudingan Kepala Desa Sangrawayang, Muhtar, menolak Pandawara lantaran miskomunikasi. Ia menjelaskan, bukan aksi bersih-bersihnya yang ditolak, tapi memviralkan kegiatan tersebut. "Mungkin salah tanggapan atau bagaimana sehingga keluar penolakan, padahal tujuan di situ bukan penolakan bersih-bersih pantainya, tapi penolakan diviralkan," sambung Dede. Dia juga membantah kabar yang menyebut kepala desa akan melayangkan somasi. Yang pasti pihak desa sudah tidak mempermasalahkan jika kegiatan bersih-bersih itu dibuat konten oleh grup yang beranggotakan lima orang pemuda ini.


Bagaimana kelanjutan aksi bersih-bersih Pandawara Group?

Melalui akun TikToknya, Pandawara Group mengatakan akan tetap melakukan aksi bersih-bersih sampah di pantai Loji, Desa Sangrawayang pada 6-7 Oktober nanti. Mereka menyebut kegiatan itu sudah mendapat izin dan telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukabumi serta aparatur desa pada 29 September. "Ini adalah pantai temuan keempat kami dengan kondisi pantai yang benar-benar darurat dan harus segera ditangani lebih lanjut," ujar Pandawara Group.

"Dan harus diingat mulai pantai nomor satu, kami tidak pernah menyudutkan ataupun menyalahkan pihak manapun," sambung mereka.

"Kami tidak pernah mengeklaim setelah pantai itu berhasil dibersihkan bahwa itu berkat Pandawara. Tapi itu adalah hasil dari kolaborasi antara instansi dan masyarakat yang ikut partisipasi."

Pandawara Group adalah sekumpulan anak muda yang kerap melakukan aksi bersih-bersih sungai dan pesisir di Indonesia. Pantai Loji menjadi pesisir keempat yang dibersihkan Pandawara Group dengan mengajak warga setempat. Pantai sebelumnya adalah Pantai Labuan di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Aksi bersih-bersih di pantai Labuan pada akhir Mei 2023 lalu menghasilkan 1.200 karung sampah. Lantas, Pantai Sukaraja, Bandar Lampung, yang berhasil mengumpulkan 300 ton sampah dalam sehari pada awal Juli 2023. Terakhir Pantai Kasenden, Cirebon, Jawa Barat, yang dilakukan pada pertengahan Agustus 2023.

Pandawara berkata, apa yang mereka lakukan tidak lain untuk menyadarkan dan membangun kesadaran publik soal pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Tapi selain pantai, mereka juga melakukan aksinya di sungai-sungai -yang bisa dilihat di YouTube dan TikTok.


Dari mana asal sampah di Pantai Loji?

Sekretaris Desa Sangrawayang, Dede Mulyadi, menjelaskan pantai Loji terus kotor akibat sampah yang terbawa oleh arus pasang surut laut. Sampah di pantainya kebanyakan tekstil.

Tapi, klaimnya, tak selalu pantai Loji dipenuhi sampah. Ada kalanya ketika arus laut sedang surut sampah yang menumpuk akan hilang dengan sendirinya. "Datang lagi air pasang, secara perlahan-lahan, sampah tersebut hilang sendiri. Makanya kita tidak terlalu menindaklajuti sampah tersebut, entar juga itu hilang sendiri," ucap Dede.

Kendati demikian dia mengaku pihaknya kesulitan mengatasi sampah di pantai Loji karena harus menggunakan alat berat.

Upaya yang sudah dilakukan warga desa selama ini yakni menggelar agenda rutin mingguan atau tahunan yang disebut Jumsih atau Jumat Bersih.

"Di kita kan ada empat pedusunan. Yang pantainya kotor itu dusun satu. Tiap Jumat dan seterusnya dirolling (bergiliran). Setiap tahun kita mengundang dari sekolah untuk menurunkan bantuan dari anak-anak SD dan SMP, termasuk juga warga dan pemerintahan desa."


'Mengerikan', sampah plastik sebanyak 1,3 miliar ton akan mencemari lingkungan pada 2040

Pengkampanye dari LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Abdul Ghofar, menyebut sampah yang berserak dan menumpuk di sepanjang pesisir juga ada yang berasal dari sampah perkotaan yang 'tercecer' ke sungai.

Kasus seperti itu terjadi di Tambakrejo, Kota Semarang dan pesisir pantai Sukaraja, Lampung.

"Rata-rata pantai yang berdekatan dengan aliran sungai atau muara sungai punya potensi lebih kotor dibandingkan dengan yang tidak dekat dengan aliran sungai," ujar Abdul Ghofar kepada BBC News Indonesia.

"Jadi sampah dari rumah tangga, pasar, atau industri yang dibuang ke sungai terbawa dan akhirnya terkumpul di satu titik itu," sambungnya.

Pada Juli 2022 lalu, sejumlah organisasi lingkungan pernah membuat penelitian soal pencemaran sampah di 10 provinsi.

Hasilnya 11 pesisir di kabupaten/kota di Indonesia seperti Banda Aceh, Sibolga, Serang, Semarang, Mataram, Palu, Polewali Mandar, dan Ambon, telah tercemar. Paling banyak atau sekitar 79% adalah sampah plastik sekali pakai, 9,2% plastik daur ulang, 3,4% sampah kaca, 3,1% sampah karet, dan 1,3% limbah B3

"Kesimpulannya mayoritas pantai kita mulai dari Indonesia bagian barat sampai timur tercemar sampah plastik


Mengapa sampah di pesisir atau sungai tak diurus?

Abdul Ghofar mengatakan Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 menyebutkan pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sepenuhnya. Mulai dari pengangkutan, pemilahan, sampai ke tempat pembuangan sampah sementara hingga pemroresan akhir sampah.

Itu artinya sampah yang berasal dari rumah tangga, perkantoran, pasar, harus ditangani pemda. Masalahnya, kata Abdul Ghofar, sampah yang tak tertangani atau 'tercecer' ke sungai dan pesisir tak diurus.

"Karena sampah di perairan sungai atau pesisir selalu diperdebatkan kewenangan siapa? Kementerian Kelautan atau PUPR? Padahal kalau memang pemda kesulitan bisa berkoordinasi dengan dinas kelautan atau dinas ciptaru," jelas Abdul Ghofar.

"Sayangnya koordinasi ini tidak pernah jalan."

Persoalan kedua karena muncul anggapan bahwa sampah di perairan mustahil dibersihkan. Ia mencontohkan upaya pemda di Kepulauan Seribu yang rutin seminggu sekali bersih-bersih sampah. Tapi setelahnya sampah kembali datang dalam jumlah banyak. "Siklus tadi membuat pemda merasa sulit membersihkan sampah sungai atau pesisir. Seolah-olah ini upaya impossible."

Ketiga, butuh usaha sangat besar untuk membersihkan sampah di sungai atau pesisir pantai. Entah itu anggaran maupun sumber daya manusia. Untuk membersihkan sampah di pantai, kata Ghofar, tidak cukup dengan beberapa petugas, akan tetapi memerlukan banyak tenaga.


Dalam beberapa aksi bersih-bersih sampah di pantai, sambungnya, pemda harus menggandeng perusahaan bahkan relawan. "Dan seringnya dilakukan kalau ada acara tertentu kayak Pandawara Group, pemda ikut join."


Berapa anggaran pengelolaan sampah?

Direktur Harian di Yayasan Pengembang Biosains dan Bioteknologi (YPBB), Fictor Ferdinand, mengatakan anggaran pengelolaan sampah di kabupaten/kota sangat minim.

Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen, Direktorat Pengurangan Sampah di KLHK, Ujang Solihin Sidik, bahkan menyebut rata-rata hanya 0,51% dari total APBD tiap daerah.

Dengan anggaran yang minim itu, kata dia, wajar jika sampah tidak dikelola dengan baik. Padahal kalau menurut Bank Dunia, anggaran yang ideal untuk mengelola sampah di negara seperti Indonesia harusnya 11% dari total APBD. "Jadi wajar kalau sampah jadi isu besar, karena anggarannya kecil banget," ucap Fictor. Kecilnya anggaran membuktikan bahwa sampah belum menjadi prioritas pelayanan dasar.


Apakah aksi bersih-bersih seperti Pandawara Group cukup?

Abdul Ghofar menilai aksi yang dilakukan Pandawara Group adalah salah satu upaya pendidikan atau penyadaran ke publik soal kebersihan lingkungan. Tapi tindakan itu saja tidak cukup.

Tanpa ada upaya lanjutan seperti mengurangi membuang sampah ke sungai, mengurangi pemakaian plastik, termasuk mengolah sampah daur ulang, maka sampah akan kembali menggunung di pantai.

"Itu next step yang harus jadi bagian pemerintah lakukan. Kalau masyarakat sudah inisiasi, selanjutnya masuk ke upaya pereventif."