Kamis, 12 Agustus 2021

Strategi Hotel di Balikpapan Bertahan saat Pandemi

BALIKPAPAN – Pelaku usaha perhotelan mengupayakan berbagai inovasi bisnis untuk bertahan di tengah kondisi pandemi Covid-19.  Wakil Ketua DPD Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim M Zuwaini, CHA menyatakan pelaku usaha harus efisien dan dapat melihat peluang-peluang melalui inovasi di tengah pandemi. Pria yang juga menjabat sebagai GM MaxOne Hotel Balikpapan ini menerangkan berbagai inovasi yang dilakukan untuk menarik pengunjung sekaligus menggerakkan ekonomi di tengah pandemi di antaranya yaitu menyediakan pembayaran e-money. 

Ini Saran Disporapar Balikpapan "Kemudian, membuat marketplace khusus untuk dapat melakukan transaksi jual beli antarkaryawan, membuat promosi harga, dan sosialisasi melalui platform digital serta melakukan penerapa protokol kesehatan ketat dalam segala aktivitas di hotel," ujarnya dalam webinar FGD Inovasi Pelaku Usaha Perhotelan di Balikpapan Pada Masa Pandemi, Kamis (12/8/2021).  

Dia menyebutkan pihaknya melakukan beberapa efisiensi seperti evaluasi budget dan rencana bisnis serta pengeluaran berupa gaji karyawan dan variabel cost. Dilakukan pula unpaid leave sebanyak 8 hari pada awal pandemi, tapi sejak Agustus 2021 hingga saat ini karyawan sudah bekerja dengan normal untuk menunjang inovasi inovasi pelayanan kepada pengunjung. “Alhamdulillah kami, Max One, sudah bekerja normal sampai sekarang. 

Kalau Agustus tahun lalu sampai ini sudah satu tahun berarti ya. Semua bekerja dengan normal seperti biasa meskipun kita tetap mendengar secara prokes-prokesnya gitu ya,” terangnya. Baca Juga : Okupansi Hotel di Senggigi Hanya 15 Persen Zuwaini mencatat tingkat hunian MaxOne Hotel pada April 2020 hingga Desember terus mengalami peningkatan yaitu dari 19,9 persen menjadi 69,4 persen. Adapun, pada semester I/2021 tercatat fluktuatif, dimana terjadi penurunan sebesar 19,4 persen pada Juli 2021 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 66,9 persen menjadi 47,5 persen. 

Kendati demikian, dia menyatakan komitmen bahwa MaxOne tidak melayani pasien isolasi mandiri dari awal pandemi sampai dengan saat ini, karena mengkhawatirkan dampak yang akan ditimbulkan meskipun pihaknya telah memiliki sertifikasi CHSE (Cleanliness,Health, Safety dan Environmental Sustainability) dari pemerintah.

Program isolasi mandiri dan karantina bisa menjadi alternatif industri perhotelan dalam menjaga arus kas perusahaan di tengah pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International, mengatakan bahwa program paket isolasi mandiri dan karantina bisa memberikan pendapatan bagi hotel, meskipun belum belum cukup untuk membuat kinerja perhotelan kembali seperti semula. “Program isolasi dan karantina mandiri di hotel memang membuat cash flow tidak terlalu berat, tetapi belum bisa kembali ke normal. Program work from Bali atau work from anywhere saja tidak bisa mendongkrak kinerja hotel,” katanya.

Seperti diketahui, beberapa hotel di Jakarta membuka fasilitas isolasi mandiri bagi orang tanpa gejala (OTG) yang terpapar Covid-19. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pun menyebutkan sejumlah hotel telah bekerja sama dengan rumah sakit untuk menjadi hotel karantina bagi OTG. Ferry menuturkan, perhotelan menjadi salah satu sektor properti yang terdampak PPKM darurat, karena membuat kegiatan yang dilakukan di hotel menjadi terbatas. 

Kedatangan wisatawan yang menginap, kegiatan pemerintah, serta meeting, incentives, conference, and exhibitions (MICE) pun belum mampu meningkatkan kinerja hotel di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, program isolasi dan karantina mandiri bisa menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel. “Mereka yang memiliki tingkat penghasilan cukup baik bisa memilih isolasi mandiri di hotel. Ini memang harus dilakukan hotel, karena memang pasarnya ada,” ujarnya. Lebih lanjut, Ferry menyebut, belum mengetahui lebih detail mengenai seberapa besar okupansi dari program isolasi dan karantina mandiri yang dilakukan hotel, karena tidak adanya keterbukaan data mengenai hal tersebut dari pihak hotel.