Selasa, 20 Mei 2014

Ruas Jalan Tebelian-Sebeji Seperti Tak Bertuan

Sintang   Kondisi ruas jalan dari titik tugu karet Sungai Ukoi kecamatan Sungai Tebelian hingga ke Tugu Sebeji di kota Sintang kian parah.
Lubang  dan kubangan dengan berbagai ukuran diamter menghiasi hampir semua titik jalan, kecuali di ruas jalan Lintas Melawi.

Di ruas jalan tersebut, pihak kontraktor yang memenangi tender senilai kurang lebih Rp 63 miliar tersebut telah dilakukan perbaikan. Meskipun kondisinya sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda pengerjaan ruas tersebut dilakukan dengan tidak baik. Celakanya setelah mengerjakan ruas jalan tersebut,

kontraktor pelaksana PT Tirta Dhea Adonnincs Pratama, hingga kini belum juga melakuakn pekerjaan lanjutan pada ruas jalan yang lain. Kontraktor berkali-kali  hanya melakukan penimbunan jalan, itupun terkesan asal-asalan.

Akibat kerusakan ruas jalan dari Sungai Ukoi hingga Tugu Sebeji, banyak sudah msyarakat yang menjadi korban. Ada yang jatuh dengan kondisi luka ringan, berat bahkan ada pula yang meninggal dunia. Meskipun sering mendapat sorotan dari berbagai kalangan, baik masyarakat maupun pemerintah (legislatif), namun pihak kontraktor pelaksana seperti tang terusik sedikitpun.  Padahal masa pengerjaan proyek tersebut sudah memasuki lebih dari 360 hari kerja.

Mengingat pada papan pengumuman proyek tersebut kontrak ditandatangai pada tanggal 3 Mei 2013.

Tercantum pula di papan pengumuman bahwa pekerjaan tersebut dilaksanakan selama 540 hari kalender. Dikerjakan PT Tirta Dhea Adonnincs Pratama direkturnya Sutrisno, berkedudukan di Jalan Raya Setu Nomor 6A Cipayung Jakarta Timur dan diawasi oleh konsultan supervisi PT Widya Graha Asana. Dibiayai oleh APBN Tahun Anggaran 2013 dengan nomor kontrak KU.08.08-BMP/PJNW-II/PPK.10/2013.

Ditempat terpisah, Umar Dhani, Ketua LSM Bendera meminta Dinas PU Sintang atau DPRD Sintang menindaklanjuti persoalan ini secara resmi. Meskipun proyek ini bukan proyek Pemkab, tapi yang menggunakan manfaatnya adalah masyarakat Sintang.

“Kita tidak perlu pusing, Dinas PU kabupaten Sintang yang harus mengambil langkah resmi. Selain itu DPRD juga punya kewenangan. Kedua lembaga ini punya hak untuk meminta penjelasan kepada pihak-pihak terkait, misalnya kementrian PU atau Dinas PU provinsi, maupun kontraktor pelaksananya,” ucapnya.

Menurutnya masalah tekhnis terkait pengerjaan jalan tersebut seharusnya memang di urus lembaga yang diberi kewenangan. Namun intinya menurutnya adalah proyek itu harus segera dilaksanakan dan tidak mestinya tidak ada lagi alasan perusahaan.

Urusan internal perusahaan jangan sampai merugikan masyarakat. Kita berharap kontraktor harus segera memaksimalkan  pekerjaanya, karena masyarakat sudah bosan menggunakan jalan nasional yang penuh lubang dan sudah banyak meminta korban ini,”tegasnya.

Di tempat terpisah sejumlah warga di sekitar Jln.Oevang Oeray menilai penambalan jalan yang dilakukan oleh pihak kontraktor hanya untuk mencelakakan pengguna jalan. Pasalnya, penimbunan dengan menggunakan tanah bercampur batu hanya ditumpuk begitu saja dan tidak diratakan. Tak sedikit masyarakat yang menjadi korban akibat timbunan tersebut.

Seperti di akui oleh Hadi, warga Baning Kota yang mengaku tergelincir di jalan Oevang Oeray. Ia mengaku sangat kesal dengan kondisi jalan berbatu dan banyak lubang tersebut. Beruntung ia tak mengalami luka, namun kerusakan terjadi pada motor barunya.

"Ini jalan, dari pada ditaburin batu, mending ditaburin kapas, lembut kalau jatuh. Kalau batu kan sakit, kalau sudah gini, kami masyarakat ini mau nuntut ke siapa,”ujarnya bertanya.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Ajudan, warga yang tinggal di Jln. Oevang Oeray Sintang. Pria berbadan kekar ini mengaku kesal dengan pengerjaan jalan yang menurutnya setengah hati.
“Kalau kerjanya setengah-setengah mending tak usah, dari pada hanya buat korban. Batunya bertaburan kemana-mana,”ujarnya dengan nada  jengkel. 

Ia mengatakan kondisi jalan yang penuh lubang  membuat pengguna jalan merasa dirugikan. Pasalnya, jalan berlubang yang ditimbun dengan batu kemudian tak dikerjakan dengan segera hanya menimbulkan celaka bagi  masyarakat yang melintasinya.

“Pengerjaan seperti ini mau sampai kapan? Tolong pemerintah jangan hanya bisa diam, berapa banyak lagi masyarakat yang harus dikorbankan untuk ini,”pungkasnya.