Selasa, 20 Mei 2014

Habis Umrah Warga Ketapang Negatif MERS

Yusnani (72), warga Jl Kolonel Sugiono Kelurahan Sampit Kecamatan Delta Pawan harus dirawat di ruang isolasi RSUD Agoesdjam Ketapang. Lantaran penyakitnya memiliki ciri-ciri sama dengan penderita virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-cov).

"Gejala pasien itu sama dengan penderita MERS, demam tinggi, batuk dan lain-lain. Apalagi pasien itu baru datang dari Mekkah melaksanakan umrah akhir April lalu," kata Kepala RSUD Agoesdjam, drg Rihy Pattipeilohi kepada Tribunpontianak.co.id, Sabtu (10/5/2014).

Ia memaparkan, Yusni mulai dirawat di rumah sakit pada Selasa (6/5/2014) lalu. Sementara berdasarkan keterangan keluarganya pasien itu demam tinggi disertai batuk sejak Sabtu (3/5/2014). Meski begitu, kepastian pasien mengidap masih sebatas dugaan sehingga ditempatkan di ruang khusus.

"Pasien itu kita rawat di ruang isolasi, tidak digabung dengan pasien lainnya. Hal tersebut demi menghindari hal-hal tak diinginkan seperti penyebaran virus kepada pasien atau orang lain jika ternyata positif," ungkapnya.

Pihaknya juga mendata orang terdekat atau yang bersentuhan dengan pasien. Langkah tersebut untuk mengantisipasi penyebaran virus jika pasien ternyata benar positif.

"Mudah-mudahan pasien ini negatif, tapi kita tetap mengantisipasi hal-hal yang tak dinginkan," katanya.

Berdasarkan hasil tes Laboratorium di Jakarta, warga Jl Kolonel Sugiono Kelurahan Sampit Kecamatan Delta Pawan, Yusni (72) negatif mengidap Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-cov). Itu dikatakan Kepala RSUD dr Agoesdjam, drg YL Rihy Pattipeilohi kepada Tribunpontianak.co.id, Kamis (15/5).

Anak Yusni, Upik (40) mengaku sedikit lega dan tenang atas hasil tersebut. Namun ia manegaskan beban yang dihadapi keluarganya adalah masalah fisikis. Terutama ibunya yang saat ini belum mau berjumpa orang lain bahkan dokter.

Pasalnya kabar sudah meluas dan mengatakan ibunya seakan-akan sudah terjangkit MERS-cov. "Sehat sih sudah, tapi pulih belum karena paling berat kita menanggung beban fisikis. Dan pasti butuh lama terutama pada ibu untuk memulihkan beban fisikis ini," katanya kepada Tribunpontianak.co.id, Kamis (15/5/2014).

Ia menceritakan, saat ibunya divonis suspect MERS-cov banyak orang yang agak menghindari mereka. Bukan hanya tetangga, teman dekat bahkan di antara keluarganya juga menghindar. "Tapi saya mengerti kenapa mereka begitu karena penyakit itu menular dan mematikan," ungkapnya.

"Kalau bagi saya sih tak masalah, ini ujian apalagi kita baru pulang dari umroh. Semoga beban fsikis kita, ibu saya cepat pulih, ibu tak takut ketemu orang lagi. Dan saya yakin mereka yang kemaren agak menghindar lama-lama pasti mengerti," tukasnya.