Minggu, 19 Mei 2013

Calo Juga Tarik Duit dari Malaysia

Menurut seorang penerima beasiswa Kaltim Cemerlang yang sedang menuntut ilmu di Malaysia, tidak semua biaya belajar itu dipotong sampai 20 persen. Lewat sambungan telepon , mahasiswa yang tak ingin namanya ditulis ini membenarkan praktik percaloan dalam mengurus beasiswa.

“Nah, untuk beasiswa yang dipotong itu, saya lebih suka menyebutnya sebagai tanda terima kasih. Tidak besar. Ketika beasiswa cair, kami diminta Rp 200 ribu per orang,” terangnya.

Siapa yang meminta? Menurut pria asal Samarinda ini, oknum pengelola beasiswa yang berasal dari Dewan Pendidikan yang bertugas di Dinas Pendidikan.

“Di Malaysia ada 76 mahasiswa yang mendapat beasiswa Kaltim Cemerlang,” ucapnya. Dia meyakini, para penerima di tempat lain juga memberi uang sukarela itu.

“Memang namanya sukarela. Tapi oknum itu selalu menyinggung-nyinggung kalau ada yang belum menyetor,” lanjutnya. Cara menyinggungnya juga tergolong canggih. Para penerima beasiswa Kaltim Cemerlang yang kuliah di Malaysia membentuk grup Facebook. Di grup itu, sambungnya, beberapa oknum pengelola beasiswa juga terdaftar.

“Nah, di grup itu kami disinggung-singgung. Mereka bilang; Tolonglah pengertiannya,” tuturnya.

Sementara, saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim tetap kukuh tak ada praktik calo dalam program Beasiswa Kaltim Cemerlang.

“Pendaftarannya via online, sedangkan mahasiswa orang terpelajar. Masak harus lewat perantara orang lain daftarnya. Itu kan (informasi beasiswa) terbuka dan diketahui banyak orang,” tegasnya.

Selain itu, dengan penyerahan beasiswa langsung kepada rekening penerima, membuat peluang calo tertutup.

“Logika saja, buat apa dia (penerima beasiswa) bagi dengan orang. Bisa disimpulkan, percaloan tidak mungkin terjadi dalam program beasiswa ini,” katanya, kemarin.

Menurut Musyahrim, kelompok yang menuding praktik calo dalam Beasiswa Kaltim Cemerlang, tak harus membuktikan kepada Disdik maupun Dewan Pendidikan Kaltim sebagai pelaksana. Pembuktian bisa langsung dilakukan kepada aparat.

“Jika memang ada, bawa saja datanya dan laporkan kepada aparat. Saya membuka diri, kok,” katanya.

Dia sekaligus membantah ada beasiswa titipan dalam program ini. “Jangan mengandai-andai. Boleh saja menitip minta tolong. Tapi, tetap melalui proses. Kami sangat terbuka. Silakan lihat sendiri prosesnya seperti apa,” jelasnya.

Kemarin, media ini juga mencoba mengonfirmasi panitia Beasiswa Kaltim Cemerlang. Disambangi di sekretariat panitia di Kantor Dewan Pendidikan Kaltim, Samarinda, salah seorang pegawai sekretariat menolak mempertemukan harian ini dengan panitia program beasiswa.

Alasannya, tak ada pimpinan hari itu. Ketua Dewan Pendidikan Bohari Yusuf dan Koordinator Tim Pelaksana Beasiswa Kaltim Cemerlang Rustandi dikatakannya sedang di Jakarta. “Langsung saja temui beliau. Semuanya kepada mereka,” kata pegawai tadi.

“BANJIR” BEASISWA

Beasiswa Kaltim Cemerlang jelas bukan satu-satunya di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Kampus ini, tiap tahun diguyur 21 jenis beasiswa. Bantuan keuangan itu tersedia bagi lebih lima ribu mahasiswa sesuai jumlah kuota yang ditawarkan 21 jenis beasiswa tersebut. Jumlah ini di luar jatah dari Beasiswa Kaltim Cemerlang.

Rektorat Unmul menegaskan tak ada celah bagi calo dalam penerimaan beasiswa dari pemerintah daerah tersebut. Sebagai informasi, Beasiswa Kaltim Cemerlang dimulai pada 2011. Tahun ketiga pelaksanaannya, Pemprov Kaltim telah memberi 150 ribu beasiswa dengan nilai Rp 233 miliaran.

Dalam program tersebut, Unmul memiliki jatah 900 kuota yang penerimanya ditentukan kampus. Kuota ini sudah berlangsung dua tahun. “Dengan jatah itu, kami distribusikan kepada fakultas di Unmul, sesuai persyaratan dari Pemprov,” ucap Pembantu Rektor III Unmul, Helminuddin.

Dia meyakini, tak ada peluang calo bermain dalam proses seleksi beasiswa. Hanya pejabat kampus yang siap jabatannya dilepas yang berani melakukan praktik tersebut. “Kami sudah warning jauh-jauh hari. Jangan sampai ada percaloan,” kata PR III.

Meski belum ada temuan dan laporan, isu calo dalam penerimaan beasiswa kerap sampai di telinganya. Namun demikian, pihaknya tak dapat mengambil langkah lantaran belum ada temuan. “Makanya, jika menemukan begitu, laporkan. Kami akan proses karena dari awal sudah wanti-wanti,” sebutnya.

Helmi sadar dengan jatah beasiswa yang tak sebanding jumlah mahasiswa di kampus terbesar di Kaltim ini, membuat tak semua orang mendapat fasilitas tersebut. Pertimbangan penetapan penerima beasiswa, kata dia, sudah melewati proses penyertaan berkas dan rangking prestasi atau kondisi ekonomi. Kampus mengutamakan mahasiswa dengan peringkat teratas sebagai penerima beasiswa.

Hanya, seiring dengan itu kerap ada pertanyaan bagi mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi namun gugur. Sebaliknya, mahasiswa dengan IPK lebih rendah justru lolos dan menerima beasiswa. Soal itu, Unmul turut memiliki pertimbangan. Akademik memiliki catatan setiap mahasiswa penerima beasiswa. Dari situ, track record mahasiswa perihal keikutsertaan program beasiswa turut jadi acuan. Biasanya, mahasiswa yang tahun sebelumnya menerima beasiswa, tahun berikutnya tak menjadi prioritas. Begitu juga bagi mahasiswa semester akhir yang turut mendapat prioritas. Mahasiswa semester awal dinilai memiliki banyak kesempatan mendapat beasiswa pada tahun-tahun berikutnya.

Diketahui, Beasiswa Kaltim Cemerlang sedang dihantam isu percaloan. Sejumlah mahasiswa Unmul yang sebelumnya melakukan aksi peduli pendidikan di depan Kantor Gubernur Samarinda Senin (13/5), telah menyebut adanya dugaan keterlibatan oknum eksekutif, onum anggota DPRD, bahkan hingga oknum mahasiswa. Semua oknum ini kabarnya berperan menjadi calo, dengan potongan hingga 20 persen.

Sebelumnya, Ketua Gerakan Aktivis dan Relawan Pendidikan (Garap) dari Unmul, Wahyudi, mengindikasi adanya kepentingan politik dalam pengelolaan beasiswa Kaltim cemerlang.

Hanya, Wahyudi masih menyembunyikan identitas orang yang membeberkan praktik calo itu.

“Ketika kami embuskan ke media, dia khawatir terhalang mendapat beasiswa,” ucapnya.

Dia juga mengaku, menerima kesaksian seorang mahasiswa, yang menerima beasiswa meskipun tak mengumpulkan berkas sama sekali. Padahal berkas tersebut persyaratan utama.

“Dia komentar keras di media sosial. Tiba-tiba ada uang Rp 3 juta masuk rekeningnya. Aneh,” katanya, heran.