Senin, 06 Mei 2013

Antonia, Kartini Dari Merti Jaya

Bukan hanya terobsesi oleh keteladanan Ibu Perawat Sedunia Florence Nightingale (1820-1910) yang digelar The Lady With The Lamp, Antonia Andasari (26) bersedia bertugas dipeloksok yang sulit dijangkau jalan darat.

Juga karena cita-citanya sejak masuk Akademi Keperawatan (Akper) Sintang, dirinya ingin mengabdi dipedalaman.

Lulus dari Akper Sintang pada tahun 2008, puteri ke 4 dari tokoh Pembaca Teks Deklarasi Provinsi Kapuas Raya Alm. F. Kincong ini, sempat beberapa lama berada dipedalaman Belitang Kabupaten Sekadau. Dan pada 1 April 2009, mulai “cari penyakit” di Puskesmas Jelimpau sebagai pegawai honorer.

Puskesmas ini, terletak diwilayah Desa Kupan Jaya Kecamatan Tempunak. Untuk menuju kesana, jika melalui jalan darat terlebih dahulu harus melalui jalan perkebunan sawit sepanjang puluhan KM. Dan dari ujung jalan sawit tersebut, harus melalui Jalan Desa beberapa KM lagi, dan barulah tiba di lokasi Puskesmas ini.

Pada tanggal 1 Juni 2009, dirinya yang masih tetap berstatus sebagai Pegawai Honorer, dipindahkan ke lokasi yang lebih hulu lagi, yaitu di Polindes Dusun Mansik. Bahkan, setelah pengangkatan dirinya sebagai CPNS di Kabupaten Sintang tahun 2010 hingga sekarang, dirinya masih tetap bertugas di Polindes Mansik

“Dihari pertama saja, telah langsung melayani puluhan pasien termasuk para ibu hamil. Hal itu sangat menyenangkan, karena berarti masyarakat setempat telah sadar perlunya kesehatan”, tutur Antonia, saat ditemui Kalimantan-news di Mansik, hari Minggu sore (5/5/2013).

Ketika ditanya mengenai keluhan terbanyak yang dia tangani ditempatnya bertugas, menurutnya tidak ada yang terlalu menonjol. Apalagi, masyarakat sekarang telah cukup mengerti dengan apa yang disebut perilaku hidup bersih. Kendati jumlahnya tidak begitu menonjol, keluhan yang terbanyak diare dan adalah demam malaria.

“Polindes Mansik ini, melayani 2 buah Dusun. Yaitu Dusun Batu Limau dan Dusun Batu Pagar dengan jumlah warga yang cukup padat”, terangnya.

Dan ketika ditanya pula tentang sejauh mana dirinya memaknai Hari Kartini. Bagi lajang yang sangat fasih berbahasa Inggris ini, Kartini tidak selalu harus digambarkan dengan ibu-ibu berkebaya. Namun seberapa mampu seorang wanita berbuat untuk memajukan dirinya, mandiri, serta dapat berguna bagi sesama, tegasnya.